Di Halaman Masjid Sirothol Mustakim ngelonener jepon pada Minggu (7/9/2025) mendadak bergetar oleh teriakan semangat para peserta pesilat muda. Sebanyak 350 peserta dari berbagai penjuru SE kabupaten Blora bertarung dalam Pasanggiri Persinas Asad, ajang silaturahmi, kompetisi, sekaligus kawah candradimuka pembentukan generasi muda berkarakter.

Bagi Ketua Persinas Asad kabupaten Blora Ahmad Rustani ,pencak silat bukan sekadar urusan teknik tendangan dan tangkisan. “Silat itu lebih dari olahraga. Ia adalah jalan untuk membangun jiwa. Kami berpegang pada 29 karakter luhur yang wajib ditanamkan sejak awal. Anak-anak harus berakhlak karimah, berbudi luhur, dan mandiri sebelum mereka menjadi warga penuh perguruan. Dari situ lahir teladan,” tegasnya

Nada serupa dari sesepuh komplek masjid Sirothol Mustakim Mbah Yasir menambahkan “Gerakan tanpa ruh itu kosong. Silat harus membentuk watak, sejalan dengan falsafah Jawa: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Pasanggiri ini menjadi media nyata untuk menyalakan motivasi anak-anak agar bermental tangguh sekaligus rendah hati,” ujarnya.

Ketua Panitia, Ali Mustofa menegaskan bahwa hajatan kali ini tak hanya mengejar medali, tetapi juga regenerasi. “Tahun lalu masih banyak kekurangan. Tahun ini lebih rapi berkat dukungan desa, kelurahan, kepolisian, linmas, hingga Senkom LDII yang aktif menjaga keamanan. Pesertanya melonjak, total 350 orang. Belum termasuk penonton Dari sini kami ingin menemukan bibit atlet yang kelak bisa mengharumkan nama daerah bahkan nasional,” jelasnya.

Namun panitia juga mengingatkan, piala bukanlah tujuan akhir. “Yang belum juara jangan patah arang. Pasanggiri adalah ruang evaluasi diri, memperkuat jasmani, dan mempererat ukhuwah. Nilai silat itu sejatinya bukan pada siapa yang menang, tapi siapa yang konsisten menjaga api semangatnya,” tambah mas Ali

Dengan atmosfer yang penuh sportivitas dan dukungan lintas elemen, Pasanggiri Persinas Asad Regional Selatan Surakarta kian menegaskan satu hal: pencak silat bukan sekadar warisan budaya, melainkan senjata pendidikan karakter bangsa. Dari gelanggang inilah lahir generasi muda yang siap menjaga tradisi sekaligus berprestasi.

Leave a Reply